Halaman

Sabtu, 04 Agustus 2012

Cara Minum Obat Antibiotik yang Benar


Cara Minum Obat Antibiotik yang Benar


Wahyudin Sitorus
2012
            
Apa tujuan kita mengkonsumsi obat? Pasti jawabnya adalah untuk sembuh dari penyakit yang kita derita. Apakah hanya dengan mengkonsumsi obat begitu saja kita akan sembuh? Bahkan, saya pernah mendengar sesorang bicara, kalau missal dia kumpulkan obat yang telah dia konsumsi, mungkin sudah ada satu bakul, katanya. Saya tidak dapat menjamin Anda akan sembuh dari penyakit jika Anda hanya mengkonsumsi obat, apalagi antibiotik, jika cara pakainya salah saya bisa menjamin Anda bukan mendapatkan kesembuhan, justru menambah sulit sembuh penyakit Anda.

Sebelum membahas bagaimana cara yang benar dalam menggunakan antibiotik, sedikit akan dijelaskan mengenai antibiotik tersebut. Awalnya, antibiotik itu didefinisikan sebagai suatu zat yang dilepaskan oleh suatu organisme yang dapat menekan pertumbuhan organisme lainnya. Namun, saat ini defenisi tersebut sudah mencakup antimikroba sintesis. Penisilin adalah antibiotik yang ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 saat meneliti di salah satu rumah sakit di London. Namun, dengan berkembangnya teknologi saat ini sudah banyak dikembangkan turunan dari penisilin tersebut, bahkan ada juga antibiotik golongan-golongan lainnya yang sudah ditemukan dan sudah digunakan dalam terapi.

Untuk dapat memberikan efek terapi, suatu obat harus mencapai konsentrasi tertentu di dalam darah, dan konsentrasinya tersebut tidak sama untuk semua jenis obat (membahas antibiotik). Dengan demikian dibuatlah suatu sediaan dengan dosis dan cara pakai tertentu. Jadi untuk mendapatkan terapi yang diinginkan, konsentrasi obat dalam darah harus dipertahankan pada konsentrasi terapi. Untuk mempermudah memahaminya saya akan buat dalam bentuk grafik sederhana.

Jadi, Supaya kita mendapatkan efek terapi optimal suatu obat, kita harus mempertahankan konsentrasi obat dalam darah pada konsentrasi terapi (berwarna hijau) selama mengkonsumsi obat. Biasanya, dosis dan cara pakai yang dianjurkan oleh Apoteker saat menyerahkan obat akan memberikan konsentrasi terapi, jika pasien mengikuti anjuran yang diberikan Apoteker. Makanya, ada obat yang diberikan Sekali sehari, dua kali sehari, tiga atau ada yang empat kali sehari.

Bagian bawah konsentrasi terapi berbatasan dengan konsentrasi subterapi. Apabila selama konsumsi obat, konsentrasi obat hanya dicapai pada konsentrasi subterapi, maka kemungkinan besar pasien tidak akan sembuh dari infeksi yang dideritanya, justru malah akan menambah kekuatan penginfeksi karena penginfeksi akan membentuk system pertahanan yang baru yang lebih kuat (resistensi). Sedangkan pada bagian atas Konsentrasi terapi berbatasn dengan konsentrasi toksik. Dimana, apabila konsentrasi obat dalam darah mencapai konsentrasi toksik dapat menyebabkan kercunan obat pada pasien. Keracunan obat dapat bersifat fatal bahakan dapat menyebabkan kematian pada obat-obat yang memiliki range terapi sempit. Sehingga, biasanya kalau di rumah sakit, obat-obat yang memiliki range terapi sempit, kadar obat dalam darah pasien harus selalu dikontrol.

Apa saja hal-hal yang memungkinkan terjadinya obat pada konsentrasi subterapi atau pada konsentrasi toksik?? Jawaban utamanya adalah KETIDAKPATUHAN PASIEN dalam hal cara dan waktu mengkonsumsi obat sesuai dengan yang dianjurkan apoteker.

Misal. Ada suatu antibiotik yang diresepkan, cara pakainya sehari tiga kali satu tablet. Bagaimanakah Anda memahami cara tersebut? Bisa saya pastikan, Anda akan meminum obat tersebut tiga kali sehari setiap habis makan. Demikian bukan? Apakah cara ini benar?? Cara yang benar bukanlah demikian.
            
Oke. Mari kita bahas dimana kesalahannya dan bagaimana cara yang benarnya?

Sehari, normalnya kita makan tiga kali. Sarapan pagi (jam 7), makan siang (jam 1 siang) dan makan malam (kira-kira jam 8). Kalau mengikuti ini pola konsumsi obat antibiotic yang carapa pakai sehari 3 kali, apa yang akan terjadi?? Mari kita lihat. Jarak antara dari jam 7 pagi-1 siang adalah 6 jam, dari jam 1siang-8 malam adalah 7 jam dan jarak dari jam 8 malam-7 pagi lagi adalah 11 jam. Jadi, jika kita mengikuti pola ini maka jarak waktu konsumsi obat adalah 6, 7, dan 11 jam. Pola jarak waktu konsumsi yang tidak teratur inilah yang akan memungkin terjadinya konsentrasi obat dalam darah pada daerah subterapi ataupun pada konsentrasi toksik. Jarak yang terlalu dekat akan menimbulkan konsentrasi obat mencapai konsntrasi toksik, sebaliknya jarak yang terlalu jauh akan memungkinkan konsentrasi obat dalam darah pada konsentrasi subterapi.

Setelah kita melihat kesalahan di atas, maka akan dibahas bagaimana cara yang benar. Bagaimana kira-kira menurut Anda? Saya yakin, Anda sudah akan mengerti. Yup, kita meminum obatnya tiga kali sehari, setiap delapan jam. Apakh ini harus? Iya, harus. Jika tidak, kejadian seperti yang salah di atas. Anda dapat merancang sendiri kapan saja anda akan meminum obat antibiotik supaya tidak meminumnya pada waktu yang terlalu malam atau terlalu pagi. Atau Anda dapat menanyakan kepada apoteker di apotek saat Anda membeli obat, supaya dirancang kapan saja waktu Anda meminum obat.

Sama halnya untuk obat antibiotik dengan cara minum 1, 2, atau 4 kali sehari. Kalau yang satu kali berarti diminum setiap 24 jam, dua kali sehari berarti diminum setiap 12 jam dan kalau empat kali sehari diminum setiap enam  jam.

Selain yang di atas, apalagi masalah yang sering terjadi sehingga pengobatan dengan antibiotik gagal? PASIEN TIDAK MENGKONSUMSI OBAT SAMPAI HABIS. Kadang, satu sampai tiga kali kita minum obat sudah mulai terasa mendingan, sehingga kita STOP meminum obat, padahal obat antibiotik yang diresepkan masih tersisa. Ini juga akan menjadi problem pada pasien. Kenapa? Kemungkinan besar, jika sejumlah obat yang diresepkan dokter tidak kita habiskan, maka penginfeksi yang menyerang tubuh kita belum sempat tereradikasi (terbunuh) semua. Sisa-sisa yang belum terbunuh inilah yang dapat berkembang biak kembali dan akan menginfeksi ulang pada tubuh Anda. Jangan harap, akan sembuh lagi dengan meminum antibiotik dengan jenis dan dosis yang sama untuk mengobati infeksi ulang ini. Biasanya, penginfeksi juga sudah resisten dengan obat yang sebelumnya.

Jadi, sangat penting untung mematuhi anjuran yang diberikan oleh apoteker supaya pasien dapat sembuh dari penyakitnya (terutama pengobatan infeksi dalam hal ini). Saat menebus resep ke apotek, tanyakan pada apoteker apakah dalam resep terdapat antibiotic atau tidak, bagaimana waktu dan cara meminum obat yang diresepkan. Bila perlu, minta apoteker untuk merancang kapan Anda harus meminum obat.

Demikianlah sedikit mengenai cara pakai/konsumsi antibiotik yang baik dan benar, semoga dapat membantu Anda. 

Jika ada kritik maupun saran serta pertanyaan silahkan komen pada blog ini atau kirim lewat:
email: wahyudinsitorus@gmail.com
CP : 082168485869
             


Tidak ada komentar:

Posting Komentar