Bagaimana Antibiotik Bisa jadi Resisten terhadap Bakteri?
Ketidakpatuhan dalam menggunakan antibiotik
merupakan satu penyebab terjadinya resistensi antibiotik terhadap bakteri.
Sering pasien merasa dirinya sudah sembuh ketika mengkonsumsi antibiotik yang dianjurkan
dokter, padahal antibiotik yang diberikan itu belum habis semua. Bisa saja
bakteri yang menginfeksi tubuh oasien tersebut belum mati semuanya atau hanya
sekedar hampir mati. Jika ini tidak terus diinvasi dengan antibiotik yang sudah
diresepkan, maka kemungkinan bakteri yang hamper mati tadi akan menjadi bakteri
yang lebih tahan terhadap antibiotik yang diberikan sebelumnya. Ini bisa
terjadi karena bakteri tadi akan mengalami mutasi, sehingga menjadi resistensi
terhadap antibiotik yang sama.
Apa
yang dimaksud dengan resisten? Maksud dari resisten pada konteks ini adalah
keadaan dimana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik yang pernah diberikan.
Ini terjadi karena bakteri telah berkembang atau mengenal antibiotik tersebut,
sehingga bakteri tersebut membentuk sesuatu yang dapat menghambat invasi dari
antibiotik tersebut.
Satu
hal yang sangat mengerikan dapat kita bayangkan bagaimana seandainya Mycobacterium tuberculosis (penyebab
penyakit TBC) menjadi resisten
terhadap semua antibiotik. Bagaimana pengobatan untuk penderita TBC yang banyak
diderita oleh penduduk dunia, jika tidak ada pengembangan antibiotic baru? Maka
tak ada jalan lain selain membuang daerah paru-paru yang telah terinfeksi tadi,
sehingga tidak menyebar ke seluruh bagian paru-paru orang tersebut.
Bagaimana
bakteri bisa berkembang menjadi resisten terhadap antibiotik tertentu? Mutasi
atau tambahan resistensi gen (acquation
of resistance genes) dari oranisme yang lain.
Mutasi
Secara klinik, mutasi akan memicu
terjadinya resistensi. Namun, mutasi bukanlah menjadi masalah yang besar jika
dibandingkan dengan tambahan resistensi gen (acquation of resistance genes). Pada umumnya, efek dari mutasi
tersebut adalah terjadinya modifikasi protein, yaitu terjadinya penurunan
afinitas ikatan protein bakteri dengan antibiotik. Protein akan tahan terhadap
kehilangan efisiensi karena mutasi tersebut, tetapi ketidakleluasaan akan
membatasi jumlah dan frekuensi dari mutasi yang dapat hidup pada sisi aktif.
Afinitas ikatan akan berkurang, namun fungsi dari protein tidak hilang
seluruhnya. Jika sisi ikatan untuk antibiotic berbeda dengan sisi aktif
protein, maka kemungkinan akan terjadi mutasi, dimana tidak terjadi perubahan
fungsi yang begitu berarti. Contohnya, ikatan antara suatu antibiotik pada
ribosom secara sterik akan mengganggu ikatan pada tRNA dan akan memicu terjadi
kesalahan pembacaaan. Jika suatu antibiotik bersaing dengan tRNA untuk
berikatan pada sisi yang sama, maka mutasi pada sisi ikatan tRNA akan membatasi
luas mutasi.
Terjadinya
mutasi akan menurunkan potensi antibiotik pada sisi sasarannya. Ini dapat kita
lihat dengan adanya sedikit peningkatan konsentrasi antibiotik yang dibutuhkan
untuk menghambat pertumbuhan organisme (Minimum
Inhibitory Concentration/MIC). Sebagai contoh MIC Staph. aureus pada Penisilin mungkin meningkat dari 0,01 μg/ml menjadi 0,05 μg/ml. menurut perbandingan, tambahan
resistensi gen biasanya menghasilkan peningkatan MIC yang lebih besar. Misalnya
dari 1 μg/ml menjadi >64 μg/ml.
Sebuah
contoh resistensi karena mutasi yang penting secara klinik yaitu
resistensi Mycobacterium tuberculosis pada aminoglikosida (streptomisin). Selama pengobatan pada pasien TBC,
proporsi bakteri yang resisten dengan efek streptomisin meningkat secara mantap
seiring waktu sehubungan dengan mutasi pada sisi ikatan ribosom dengan
streptomisin. Frekuensi mutasi Mycobacterium tuberculosisi sekitar 1
dalam 107, artinya bahwa satu dalam setiap 10 juta sel mengalami suatu mutasi,
sehingga mempengaryhi aktivitas streptomisin. Kecepatan
mutasi adalah tetap dan oleh karena itu ini terjadi tidak tergantung pada adanya
streptomisin. Hasil penekanan secara selektif pada mutan yang resisten akan
terus tumbuh (tidak seperti sel yang rentan), penurunan jumlah streptomisin
pada sel yang rentan mengakibatkan semua bakteri akan menjadi resisten terhadap
streptomisin. Jika pemberian antibiotik dihentikan, maka penekanan selektif
akan menghilang dan sel yang rentan tersebut memperoleh kekuatan lagi karena
resistensi streptomisin akan menurunkan efisiensi fungsi ribosom. Petunjuk
utama disini kecepatan mutasi yang konstan. Resistensi yang disebabkan mutasi
menimbulkan suatu masalah pada pengobatan infeksi bakteri secara luas dibatasi
pada Mycobacterium tuberculosis.
Tambahan pada Resistensi Gen (Acquisition Of resistance genes)/
Transfer gen Horizontal
Resistensi gen merupakan suatu gagasan hidup pada populasi bakteri
yang akan menjadi petunjuk bagi antibiotik dalam lingkungannya. Bakteri pada
permukaan tanah akan menghadapi antibiotik yang dihasilkan oleh fungi dan Streptomyces
spp. Tekanan seleksi yang kuat
oleh antibiotik diterapkan dalam agrikultur, rumah sakit dan rumah (pada Negara
yang membolehkan pembelian antibiotik secara bebas tanpa resep) telah
menghasilkan bakteri patogen yang memperoleh gen yang resisten dari organisme
yang lain.
Penukaran gen secara horizontal dapat
diransmisi dari plasmid gen yang resisten sehingga memberikan efek resistensi
antibiotik yang diperoleh cukup hanya satu tahap daripada menungggu terjadinya mutasi untuk
berkembang. Resistensi gen menjadi tersebar luas diseluruh bumi menjadi
pathogen yang berbeda-beda. Mereka menyerupai pola seperti pulau pathogenicity,
kelompok pada semua kode genetik karena fungsi yang berhubungan. Mutasi yang
terjadi mungkin hanya pada organisme tertentu yang tidak bisa bertukar gen
secara hoizonal. Contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis. Struktur
dinding sel Mycobacterium tuberculosis mempunyai tambahan mycolic
acid/ lapisan arabinogalaktan yang mungkin mencegah transformasi,
konjugasi, dan transduksi.
Mekanisme Resistensi Antibiotik Secara Seluler
1. inaktivasi enzimatik pada antibiotik
Sebuah contoh yang baik adalah produksi b-lactamase, yaitu suatu enzim yang menghidrolisis inti
b-lactam
pada b-lactam
dalam antibiotik yang terdapat pada penisilin. Enzim ini mungkin ditemukan pada
kromosom atau pada plasmid resisten dan menjadi suatu enzim yang bersifat
induksi, ini hanya saat terdapat b-lactam. Bakteri gram positif Staphylococcus aureus dapat melepaskan enzim yang dapat
menginduksi b-lactamase supaya dilepaskan pada ekstraseluler. Selain itu Escherichia
coli juga dapat melepaskan
sejumlah b-lactamase, tetapi letaknya pada periplasmic. Escherichia coli hanya dapat mendegradasi antibiotik b-lactam yang meresap pada
membrane melalui pori. Iniaktivasi enzim juga ditemukan pada aminoglikosida dan
kloramfenikol.
2.
Aktif Efflux Antibiotik
Bakteri
mengeluarkan energi untuk menekan aktivitas antibiotik dari dalam sel bakteri.
Efflux responsivitas pompa mungkin dapat membuat pompa menjadi rsisten terhadap
banyak antibiotik.
3.
Penurunan Uptake
(penangkapan)
Satu cara lain yang untuk menghilangkan antibiotic yang telah
mencapai sitosol yang menyebabkan mutasi, bertanggung jawab pada penangkapan
antibiotic pada tempat yang pertama. Sebagai contoh, cara yang dilakukan yaitu
pengeluaran energy listrik oleh bakteri, sehingga difusi passive tidak bisa
berjalan lagi.
4.
Terjadi Modifikasi pada
Target Obat
Mutasi akan menyebabkan terjadinya perubahan pada tempat
terikatnya antibiotik di protein target. Sebagai contoh, Penisilin akan
berikatan dengan protein. Terjadinya perubahan pada tempat terikatnya penisilin
(reseptor), dapat megurangi afinitas antibiotik –laktam. Perubahan untaian asam
amino pada protein ribosom dapat juga menyebabkan pengurangan ikatan antibiotik
yang berfungsi sebagai penghambat sintesis protein.
Simon
P Hardy,(2002), HUMAN MICROBIOLOGY, New York: Taylor and Francis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar